Tampilkan postingan dengan label Indonesia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Indonesia. Tampilkan semua postingan

5/24/2014

Everything Started from March 8, And Will Never End... -Coretan Kecil Tentang OSN-


     Wow! It’s amazing!! Gold medal.. Thanks, God!!
    OSN, Olimpiade Sains Nasional, sebuah ajang bergengsi bagi siswa se-Indonesia. Alhamdulillah, gw dapet EMAS tahun ini!! THANKS, ALLAH!
     Everything started from March 8, semua dimulai ketika OSK (Olimpiade Sains Kabupaten) dimulai, pada 8 Maret. Sebenarnya sebelum itu sudah ada tahapan yg mungkin jauh lebih ketat, yaitu seleksi tingkat sekolah. Temen-temen anak IPS di SMP 2 Rembang sebenarnya bisa dibilang olympiad-qualified semua. Tapi apa boleh buat, OSK hanya boleh diikuti satu anak dari satu mapel dari satu sekolah. Sebenernya boleh sih ngirim lebih dari satu, tapi untuk tahap selanjutnya harus tetep satu anak..
     OSK di Rembang dilaksanakan di Gedung PKPRI pada 8 Maret. Tes dimulai sekitar pukul 9. Gedung itu boleh dibilang ga banget utk pelaksanaan olimpiade. Gedungnya sih gede (gede, diisi anak 200 masih cukup gede, ga, ya?), lampu plus kipas angin sih nyala (nyalanya cuma setengah jam, 2 jam selanjutnya berlangsung tanpa lampu dan kipas angin..), kursi sih ada (kursi, thok, ya.. Ga ada mejanya.. :D) Yeah, semuanya berjalan mulus. Ga ada gangguan seperti peserta tes yg tiba-tiba bengek di tengah jalan, ga ada peserta tes yg teriak-teriak “Yu ar byutifuul, byutiful, byutiful!” karena ga bisa ngerjain, ga ada pocong yg tiba-tiba jatuh dari surga (#eeeaa), ga ada lagu Gugur Bunga yg mengalun dari jarak 1 AU.. Yeah, everything’s soft (semuanya mulus :D)..
     OSK udah kelar, tinggal nunggu pengumuman hasilnya.. Dan ketika hari pengumuman, dengan cool-nya gw ga buka hasilnya karena emang kagak tau pengumumannya kapan. Di sekolah dibilangin, “Selamat, ya, Mal! Selamat, ya!”, gw bales aja “Iya, iya..” dengan pemikiran “Selamat apaan? Kucing gw beranak?” Semuanya terjawab ketika gw buka hasil print temen gw. Dan alhamdulillah dengan sangat amazing cetar membahana, GW PERINGKAT 1 PASSING GRADE PROVINSI!!! (applause, please..)
     Karena gw masuk passgrade, akhirnya gw masuk TC provinsi yg diselenggarain tanggal berapa gw lupa (dasar pikun..). TC I looks amazing, temen gw se-sekolah ada 3 anak, seenggaknya ga sepi-sepi amat.. Di TC, gw nemu banyak temen. Dari yg pojok barat yg keserempet Sunda, anak Dieng yg ngapak kali, anak Al-Azhar dg gelar Raden Ajeng yg ketawanya naudzubillah.. Gw juga ketemu bapak2 dan ibu dosen UNNES, Pak Arifin yg Dosen Geografi, Pak Bayu yg Dosen Sosiologi, Pak Arif Purnomo yg Dosen Sejarah, Bu Shintya yg Dosen Ekonomi, dan Pak Eko yg Dosen Astronomi.. IT WAS AMAZING!! Setelah TC selama 4 hari, gw ikut seleksi tingkat provinsi di Asrama Haji Donohudan, Boyolali pd 19 April. Gw ngerjain tanpa beban. Dan begitu selese gw pulang, DAAA DONOHUDAN!!
     Berbeda dgn waktu OSK, pengumuman OSP ini gw deg-degan beuddhhhzz! Begitu denger kabar gw masuk nasional, ge cepet2 buka hape, download hasilnya, dan dengan amazing tiba-tiba kuota gw abis.. Gw beli kuota, hape gw jadiin tethering, trus buka laptop. Begitu buka webpage, dgn cepet gw ketik Ctrl+F, trus ketik “Ja”, dan yg keluar adalah “JAKARTA”!! Gw sempet stres takut ga lolos. Akhirnya gw scroll down, dan nemuin nama Jamal Habibur Rahman. ALHAMDULILLAH!!
     Sama juga waktu ngadepin OSP, ada juga TC, juga dari provinsi.. Di sini gw ketemu temen2 lama dan temen2 baru. Adrian, Ikhsan, Ragil, Muflikhah, Dianti, Shinta, Jingga.. Dan yg baru ada Dani yg item tapi ga manis sama sekali, Bima yg katanya Adrian baby-face, Iqbal yg kalo mau tidur suka goyang-goyangin kaki (lucu banget tauk! Sorry, Baaall! :p), Rudi yg klo ngomong pake bahasa isyarat, plus Khistiara yg diemnya misterius.. 10 HARI MENYATUKAN KITA DALAM TC..
     Tanggal 15 Mei gw berangkat ke Padang.. Berangkatnya naik pesawat, looohhhh! (ga usah alay, Jamal!) Tiba di Padang tggl itu juga sekitar jam 3-an.. Trus urus administrasi yg rempongnya melewati nebula, menembus debu kosmik, dimulai dari bigbang, dan diakhiri jadi supernova. Dan gw dapet kamar 418, bareng sama anak Atjeh, Alif, dan anak Jabar, Ega..
     Tes di Padang berlangsung 2 hari, 17 dan 18 Mei. Dan dgn sangat cetar, TES IPS PALING BANYAK GILAAAKKK!! Everything’s soft, too.. AKU RAPOPO. Abis tes 2 hari, dilanjut wisata edukasi ke Bukittinggi. Di sono cuma ada acara penyambutan gitu di SMP 4 Bukittinggi (plus numpang makan siang.. :D) Dilanjut dgn wisata ke Lobang Jepang dan Jam Gadang.. Yah, biasa aja sih..
    Paling stres selama OSN di Padang itu waktu pengumuman tggl 20-nya.. Pengumumannya malem2 sekitar jam 9-10.. Dan yg paling gw stresin adalah, NAMA GW GA DISEBUT-SEBUT SAMPAI MEDALI EMAS!! Karena gw cuma merasa mentok ke perak, begitu nama gw ga disebut, gw stress. Tapi begitu nama gw disebut sbg gold medalist terakhir, gw loncat seloncat-loncatnya (walau ga lebih dr 3 meter, jadi ga lolos seleksi atlet hombo batu Nias..), teriak seteriak-teriaknya (walaupun ga semerdu Anggun C. Sasmi, gw teriak mirip onta bunting kena MERS), dan maju dg sempoyongan (mirip orang sakau minum arak 5 tanki bus sedot tinja) ALHAMDULILLAH, ALLAH, EMAS!!
    Dan besoknya, gw balik ke dunia asal gw.. Ke rumah gw.. Dan pelaksanaan OSN berakhir sudah, tapi kisah-kisahnya, cerita cintanya, untaian kasihnya, GA AKAN PERNAH BERAKHIR..

Di Soeatoe Kamer
Pon, Antara Bulan Purnama hingga Bulan Baru, 3 hari sebelum Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad, 2014
JHR

10/20/2013

NAM Air Akan Gunakan Pesawat Produksi Perusahaan B.J Habibie




NAM Air, maskapai anak perusahaan dari Sriwijaya air, diresmikan pada Kamis (26/9/2013) oleh Direktur Utama Sriwijaya Air, Chandra Lie di Jakarta. Maskapai ini telah memperoleh Surat Izin Usaha Angkutan Udara Niaga Berjadwal dengan nomor SIUAU/NB – 031, tanggal 2 Agustus 2013. Namun demikian, ijin mengoeprasikan pesawat  (Air Operator Certificate/ AOC) sampai saat ini masih dalam proses di Kementerian Perhubungan.

“Kami berharap tanggal 1 Oktober, AOC sudah kami dapatkan dan bisa langsung melakukan penerbangan perdana,” ujar Chandara Lie.

Dalam kesempatan peluncuran maskapai barunya tersebut, Sriwijaya Air juga menandatangani komitmen dengan PT Regio Aviasi Industri (RAI) untuk pembelian  pesawat R-80 yang akan diproduksi PT RAI. “Kami sudah memesan 100 unit pesawat R-80. Hingga sampai saat ini 50 unit firm, 50 unit lagi opsi,” ujar CEO NAM Air Jefferson Jauwena.

Sebagai langkah awal untuk mendapatkan AOC, NAM Air akan menggunakan lima pesawat B737-500. Selanjutnya, maskapai ini juga menjajagi untuk membeli pesawat ATR 72 atau Bombardier Q400. Namun, menurut Jefferson,  semua pesawat itu hanyalah pesawat antara sebelum akhirnya nanti akan menggunakan R-80.

Pesawat R-80 sendiri, sampai saat ini masih dalam penggodokan oleh PT RAI. Presiden Komisaris PT RAI, BJ Habibie mengungkapkan kegembiraannya, karena pada akhirnya ada maskapai yang mau berkomitmen menggunakan pesawat yang dinyatakan sebagai asli buatan Indonesia tersebut. “Saya yang memimpin sendiri rapat soal pembuatan pesawat ini. pada tahun 2016-2017, pesawat ini akan mengudara,” ujarnya optimis. (gat)
Source : Angkasa Online

[ENGLISH SECTION] Two T-50i Jet Fighters Strengthen Indonesian Air Force



              Two T-50i Golden Eagle training fighters in aerobatic color scheme out of 16 aircraft ordered by the Defense Ministry from the Korean Aerospace Industries (KAI) Sept. 11 arrived at Iswahyudi Air Force Base in Madiun, East Java. The ministry ordered the aircraft to strengthen Indonesia’s primary weapon defense system.

            “Two out of the sixteen aircraft ordered have arrived, the remaining will arrive in stages every two weeks,” said Air Force Operational Command II commander Vice Marshal Agus Supriatna as quoted by Kompas.com after attending the arrival of the two fighters.

            He added, the remaining 14 Golden Eagle aircraft are scheduled to strengthen Iswahyudi AFB Squadron 15 by the end of 2013 to replace dozens of British-made Hawk Mk-53 aircraft bought by the government in 1980s, of which only two are still operating.

            “The Hawk Mk-53 will not be used anymore because they are already old and it’s getting difficult for us to get their spare parts. Even if available, they are very expensive,” said Agus Supriatna.

            As its predecessor Mk-53s, the T-50i Golden Eagles would be used to train fresh graduates from aviation schools before they operated the TNI AU (Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara/Indonesian Air Force) fighter jets such as Sukhoi, F-16, F-5 or Hawk 100/200.

            “The T-50i Golden Eagle are equipped with weapon systems that can be used in various missions,” Agus further explained.

            Among the weapon systems are AIM-9 Sidewinder, MK-82 bomb, BDU-33, AGM-65 Maverick, MD-20 cluster bomb and JDAM (Joint Direct Attack Munitions) smart bomb. Angkasa noted, Golden Eagle has capacity to carry 10,500 pound of weaponry.

            “Although they will be used for training, they can also be used as fighter jets. We call the T-50i Golden Eagle the F-16’s little brother,” said Agus Supriatna.

            Angkasa further noted the Defense Ministry ordered 16 supersonic Mach 1.5 Golden Eagles aircraft in two colour schemes, eight aircraft in aerobatic scheme and eight in camouflage scheme. At a glance the T-50i looks like an F-16 in a smaller scale and equipped with bubble canopy as the F-16 Fighting Falcon. Its Martin Baker ejection seat is positioned with a 17 degree angle, similar seat angle of the latest jet fighters F-35 and F-22. (ds) 
Source : Angkasa Online 

8/29/2013

[[ FOTO ]] Ada KF-X Nongol di TMII! Punya Siapa Tuh?

Kamis, 29 Agustus 2013, sejumlah alutsista berjejer di Taman Mini Indonesia Indah Jakarta. Mulai dari panser, roket, hingga pesawat tanpa awak buatan dalam negeri. Ya, di tempat wisata kawasan Jakarta Timur ini tengah berlangsung pameran riset dan teknologi, sebagai bagian dari puncak kegiatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional ke-18. Acara sendiri dibuka oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Presiden juga kemudian berkeliling meninjau pameran serta mencoba menaiki kendaraan tempur Komodo buatan PT.Pindad. Pameran akan berlangsung hingga hari Minggu 1 September. Nah, bagi anda yang ingin jalan-jalan sambil namun mendidik, silahkan wisata ke TMII.


Pameran ini sejatinya adalah bukti pencapaian teknologi oleh anak negeri. Berbagai macam hasil inovasi anak bangsa dipamerkan disini. Namun karena website ARC ini mengkhususkan pada military interest, maka disini kami laporkan perkembangan perindustrian persenjataan dalam negeri. Mulai dari kabar terbaru soal KFX, perkembangan KCR-60, dan lainnya. Tapi, sebelum bocorannya kami tulis, nikmati saja dulu foto-foto berikut ini.




6/13/2013

Mengenang CN-235 Phoenix Project-Australia

 Pesawat UAE Berhasil di lease dengan syarat, dua personil ( Satu teknik dan satu Pilot ) UAE AF harus on board sebagai witness. Seingat saya untuk kedua personil UAE Mayor Jamal dan Mayor PNB Mudhafar, for some reason saat itu tdk bisa didapatkan security clearance bagi mereka berdua, utk memasuki military base di Australia. Ferry flight dari Abu Dhabi, kami lakukan, dengan pilot saya sendiri dan Erwin Danuwinata Alm, menempuh route Abu Dhabi-Bommbay- Calcuta- Bangkok-Bandung. Setelah melakukan beberapa penambahan di Bandung, seperti cargo rail dan beberapa peralataan lainnya, maka hanya dua hari setelah Lebaran kami pun mulai perjalanan.
Tujuan pertama adalah Darwin Airforce Base dengan technical landing Denpasar. Saya masih ingat, untuk memberikan kesan bahwa CN-235 is simple to operate maka kami berangkat dengan minimum number onboard. 2 Pilot, 1 Flight test Engineer Prihatno Alm, 1 Mekanik, 1 QA inspector total 5 person on board. Ditambah 2 UAE-AF Officer yang sangat menikmati mission ini. Karena tidak mempunyai security clearance maka seusai Landing disetiap AF Base mereka dikawal oleh Provost keluar base utk Tamasya dan jumpa kami lagi just prior to Departure. Logistic team IPTN berangkat terpisah dengan menggunakan airline, menuju Tulamarine Melbourne, stand by utk dispatch spare parts bilamana diperlukan di any point di Australia.
Presentation dan demo flight dilakukan di Darwin utk Salah satu Squadron Caribou yaitu “ Dingo Squadron”. Selama tiga hari beberapa Pilot berkesempatan untuk mencoba beberapa mission profile sesuai dengan mission yang biasa mereka lakukan. Termasuk diantaranya landing pada beberapa un-prepared runway, biasa mereka sebut BEEF TRACK, karena memang merupakan jalan berdebu biasa tdk didesign sebagai permanent Runway, hanya digunakan utk special mission.
Seluruh pilot DINGO yang menerbangkan merasa sangat puas dengan maneuverability maupun performance CN-235. Hal ini mungkin juga karena CN 235 merupakan “big jump” bagi mereka yang biasanya menerbangkan De Haviland Caribou yang Piston Engine, mendadak menerbangkan CN 235 yang Turbo Prop. Namun demikian dari hasil assessment, mereka cukup puas dengan STOL (Short Take Off Landing ) CN-235 yang ternyata bisa menyamai Caribou yang terkenal dengan STOL nya.
Meskipun ada beberapa saran/masukan perbaikan dan request dari mereka, seperti EYEBROW window, jendela diatas windshield yang akan memudahkan pilot dalam melakukan maneuver tajam seperti steep turn dan tactical mission lainnya. Kemudian juga hal seperti tangga yang embedded di pesawat utk membantu keperluan preflight. Semua coment dan input kami bawa pulang sebagai feed back bagi Engineering Dept di IPTN. Pada umumnya mereka sangat puas dengan performance serta agility CN 235 bahkan boleh dikatakan jatuh cinta.
Setelah Darwin kami beralih ke Townsville yang juga merupakan salah satu Basenya Caribou. Beberapa hari di Townsville kami lakukan kegiatan yang sama. Lebih banyak lagi dilakukan “Beeftrack” landing disekitar Townsville. Dan lebih banyak lagi pilot yang turut terbang “Mencicipi” CN 235 yang selama di Australia mendapat Operation Nickname “ PHOENIX” . Bahkan PHOENIX sempat dipamerkan dalam acara OPEN HOUSE bagi penduduk sekitar Townsville.
Next destination adalah Amberley, salah satu Airforce Base di sekitar Brisbane, kegiatan yang sama dilakukan, tetapi disini lebih banyak discussion meliputi logistic support dari field level sampai Depot level, mereka benar2 detail dalam pernyiapan Logistic / Spare support sampai 25 years planningnya. Di Amberley tdk terlalu banyak dilakukan flight, hanya beberapa flight itupun Joy flight bagi Project Staff Officer (Logistik dan teknik ).
Dari Amberley kami menuju Richmond Airforce Base, di sekitar Sidney. Di Richmond ini kami benar2 kerja keras karena Richmond base ini adalah pusatnya AMTDU ( Air Mobile Tactical Deployment Unit ) nya Australia, kalau di Indonesia mungkin setara dengan PERBEKUD. Selama hampir satu minggu RAAF melakukan assessment meliputi Vehicle loading Unloading, melalui Ramp Door. Agak menegangkan juga karena yg di loading adalah 6 wheels LAND ROVER yang cukup panjang sehingga kaca depan perlu direbahkan, untuk bisa loading ke dalam perut PHOENIX.
Selain itu dilakukan juga real Cargo Drop dari mulai yang terkecil A-22, sampai Heavy Cargo, bahkan dilakukan juga LAPES ( Low Altitude Parachute Extraction System ) dimana kami terbang hanya sekita2 satu meter AGL kemudian load direlease dengan Drog Chute dan kemudian Extraction Chute. Juga dilakukan Static jump utk Army, kemudian beberapa sorties freefall utk Special Force yang dilakukan di NAVY Base, Nowra.
Puas dengan seluruh type of mission kamipun kemudian menuju Canbera, utk dilakukan assessment oleh para Project Office Staff dari seluruh aspect operational, support bahkan financialnya. Diskusi disisi cukup alot karena mereka juga sekaligus mengumpulkan bahan untuk menyusun TECH SPEC yang akan digunakan sebagai Biding Requirement/ Tender.
Saingan pada waktu itu adalah G-27 (ex 222?) ALENIA Italy yang pada saat itu sebenarnya pabriknya sdh tdk exist, menanti uluran tangan salah satu perusahaan Amerika untuk take over, selain kelas pesawatnyapun terlalu besar utk Caribou replacement. Dari Canberra kami kemudian menuju AVALON, Melbourne untuk mengikuti Airshow selama sekitar satu Minggu.
Avalon mempunyai karakteristik Runway yang agak aneh, entah bagaimana sejarah designya dulu karena hampir selalu mengalami cross wind most of the time. Sangat membanggakan saat itu karena pada Airshow tersebut setiap kami melakukan Dynamic display, selalu di announce bahwa PHOENIX adalah salah satu calon pengganti Caribou, menambah optimisme kami untuk bisa memenangkan tender 2 Squadron PHOENIX.
Namun demikian kami sempat pula ditegur oleh Airshow Flight Director, pada saat melakukan Dynamic Airshow, Erwin Alm saat itu terbang sangat bersemangat, pada saat atraksi wing over 120 derajat, kami level off recovery dibawah 500 feet. Sehingga tegurannya cukup keras dan komentarnya “ That was very attractive, however, you guys were not in a fighter aircraft so you don’t have to go over the top” kami hanya tersipu2 mendapat teguran tsb, walaupun public sebenarnya sangat impressed.
Kamipun sempat mengalami pecah ban pada hari pertama show, mungkin kami terlalu excited pada hari pembukaan tersebut. Untuk membuat lebih impressed kami lakukan short landing sependek2nya tapi dng cross wind yang cukup besar un even landing membuat ban pecah pada saat braking. Thanks God kami punya teman2 logistic yang memang stand by dng spare di Tulamarine sehingga kondisi segera diatasi.
Di Avalon kami sempat bertemu beberapa pengambil keputusan ditingkat kementerian yang menyatakan malu kepada Indonesia yang mampu membuat pesawat semacam PHOENIX tsb. Sementara Australia belum punya produk lain selain kelas NOMAD.
Bahkan beberapa opposition leader seperti Shadow minister of Labour? , yang konon terkenal keras, berkomentar sangat positif bahwa beliau pribadi akan mensupport program PHOENIX. Dan tentu saja Airforce Chief of Staff ( Marshal Fischer? ) termasuk yang sangat tertarik dng ability CN-235 PHOENIX .
Seusai Airshow, tugas kami belum selesai karena masih ada lagi assessment teknis yang akan dilakukan oleh Australian ARDU ( Air Research and Development Unit ) di Edinburgh- Adelaide. Selama beberapa hari ARDU dengan test pilot Dutchy Holland dan Robin Wiiliams melakukan Assessment secara TEKNIS dalam aspect Performance, Handling quality, Mission system, termasuk NVG Demonstration disekitar lembah2 Adelaide. Memang pesawat UAE yang kami gunakan sdh NVG Compatible untuk Gen III. Sehingga beberapa kali kami melakukan night Mission under NVG Gen III sampai jam 1 pagi.
Setelah 4 hari di ARDU Facility, kami bertolak pulang ke Bandung melalui Alice Spring, Darwin dan Denpasar, mengakhiri PHOENIX mission kami selama lk 5 Minggu di Australia. Pada tahun 1997 kami kembali mengikuti kembali Avalon airshow, tetapi itu semua ternyata terasa useless karena IPTN menyatakan pull out dari PHOENIX program. Memang saat itu kami merasa sangat kecewa. Mengingat di Bandung pun teman2 sdh sudah mulai melakukan development program untuk meng improved CN-235 menjadi versi-330 PHOENIX.
Tapi apa mau dikata jangankan IPTN, negarapun saat itu berada dalam survival mode, dimana memang banyak perlu dikorbankan untuk dapat survive. Tetapi kami masih boleh bangga, karena selanjutnya IPTN yang kemudian dalam era pemerintahan Gus Dur berubah menjadi PT Dirgantara Indonesia. Berhasil keluar dari kemelut dengan berhasil mendeliver CN-235 -220 ke Malaysia, Korea, bahkan Pakistan Airforce yang tdk sedikit jumlahnya. Demikianlah ternyata tidak pernah ada pengorbanan yang sia2. PHOENIX Project tdk pernah terwujud tetapi project2 lain berhasil diraih termasuk 4 pesawat utk Korean Coast Guard pada th 2008 yl.

Demikianlah sekelumit perjalanan dalam usaha menduniakan CN-235

6/10/2013

MA-60 Merpati Kecelakaan Di Kupang


Sebuah pesawat MA-60 yang dioperasikan maskapai  Merpati Nusantara mengalami kecelakaan di Bandara El Tari- Kupang hari ini , Senin (10/6/2013). Pesawat dengan nomor penerbangan MZ 6517 jurusan Bajawa (BJW) – Kupang (KOE) tersebut tampak tersuruk di landasan pacu  07 Bandara El Tari. Dari foto yang diterima Angkasa, terlihat pesawattotal loss. Roda depan tidak terlihat. Begitu pula baling-baling di kanan-kiri pesawat juga terlepas. Sedangkan sayap pesawat terangkat dari badan pesawat.

Saat ini pesawat tengah dievakuasi  untuk memperlancar operasional bandara. Pesawat dievakuasi  sambil menunggu tim dari Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) melakukan investigasi.

Menurut manifest, pesawat membawa 45 penumpang dewasa dan satu bayi serta empat kru. “Seluruh penumpang dan kru pesawat selamat. Setelah dilakukan evakuasi, seluruh penumpang dibawa ke VIP Lounge. Namun satu penumpang dewasa di bawa ke RS.AURI untuk dilakukan pengecekan kesehatan,’’ ujar  Corporate Secretary PT.Merpati Nusantara Airlines Herry Saptanto.

Menurut Herry, awalnya pesawat terbang dengan rute Kupang – Bajawa pukul 07.40 WITA kemudian kembali terbang dari Bajawa menuju Kupang  pukul 09.00 WITA  dengan ETA  jam 09.40 WITA. Menurut rencana Pesawat tersebut akan menerbangi rute Kupang – Waingapu pp  dan  Kupang – Alor pp. “Dengan adanya kejadian ini Merpati akan menyiapkan pesawat pengganti agar pelayanan ke kota – kota tersebut tidak terganggu,” ujar Herry lagi.

Herry tidak mau berandai-andai tentang penyebab kecelakaan. Pihak manajemen Merpati masih menunggu hasil investigasi  oleh KNKT guna mengetahui sebab-sebab kecelakaan. Namun demikian Herry menegaskan pesawat tersebut laik terbang. Pesawat tersebut pertama kali digunakan di Merpati pada Desember 2010.

Untuk  soal penanganan bagasi , muatan barang dan pengobatan penumpang, Herry berjanji akan dilakukan sesuai ketentuan yang diatur dalam  UU Penerbangan. Untuk itu, yang merasa berkebutuhan bisa menghubungi telp 08161459335 , 08111464473  dan 021 6548888 Ext.6160

6/09/2013

Flightsim B737-800 NG Untuk Edutainment Masyarakat


Flight Experience, sebuah perusahaan entertainment untuk simulator pesawat hari ini, Jumat (31/5/2013) resmi meluncurkan perangkat mirip simulator Boeing 737-800. Menariknya, simulator yang hadir di salah satu pusat perbelanjaan ini lebih dikhususkan untuk masyarakat umum yang ingin merasakan pengalaman menjadi seorang penerbang pesawat jet.

Ditemui di sela-sela acara launching, Indra Hardiawan, Director dari Flight Experience Indonesia mengatakan, pihaknya sengaja menghadirkan simulator pesawat tersebut di pusat perbelanjaan agar masyarakat umum dapat dengan mudah mencapainya. “Konsep kami adalah edutainment, jadi kami sengaja mendekatkan diri kepada masyarakat,” ujarnya kepada Angkasa.

Kokpit simulator buatan Pacific Simulator asal Selandia Baru ini dirancang seratus persen mirip dengan kokpit pesawat Boeing 737-800 NG. Namun perangkat ini tidak bisa bergerak-gerak sebagaimana simulator B737-800 NG sungguhan.



Untuk menikmati sensasi terbang sebagai seorang pilot, masyarakat bisa langsung mereservasi boarding pass di gerai Flight Experience Gandaria City, Jakarta Selatan. Siapkan uang Rp. 950 ribu hingga Rp. 2 juta untuk beberapa pilihan paket terbang, mulai dari 30 menit hingga dua jam. Cukup mahal memang, namun dengan harga itu masyarakat bisa bebas memilih 24 ribu bandara dari seluruh dunia.

Ke depan, Indra mengatakan bahwa pihaknya akan segera menggandeng maskapai dan sekolah penerbangan sebagai tempat untuk melatih calon pilot-pilot mereka. “Untuk pilot training itu akan berada di bawah Anaya Sky, salah satu bagian dari Flight Experience,” jelasnya. 
Sumber : Angkasa Online

This is it..!! Indonesian Grob G-120TP


Ada 4 pesawat yang ditampilkan ke publik pada hari ini. Keempatnya sudah menyandang livery atau cat serta penomoran khas TNI-AU. ARC mendapat informasi, ke-4 pesawat ini nantinya akan dikirim via laut. Pengiriman sendiri memakan waktu 4 minggu. Dengan demikian, diharapkan pada akhir Juni atau awal Juli, ke-4 pesawat sudah tiba di tanah air.

Indonesia sendiri memesan 18 unit Grob G-120TP. Pesawat ini nantinya akan mengganti peran pesawat Bravo yang sudah tua.

5/12/2013

Bandara Kuala Namu Direncanakan Beroperasi September 2013



Pihak PT Angkasa Pura II yang akan mengelola bandara baru Kuala Namu di Deli Serdang, Sumatera Selatan, optimis mampu menyelesaikan pembangunan bandara itu pada bulan Juli. Pada bulan itu pula bandara ini diharapkan sudah akan melakukan shadow operation Air Traffic Control (ATC) dengan Bandara Polonia. Pada bulan September, Bandara akan diresmikan. Demikian diungkapkan Pelaksana Tugas General Manager  Bandara Polonia Medan, Slamet Samiadji hari ini (8/4/2013).

Menurut Slamet, saat ini pembangunan sisi udara yang meliputi landasan pacu, taxiway, apron dan menara ATC sudah selesai 100 %. Sedangkan pembangunan sisi darat yang meliputi terminal penumpang, kargo dan fasilitas lainnya sudah selesai lebih dari 90 %. “Secara keseluruhan, sudah selesai 94,97 %. Pada bulan Juli diharapkan obyek vitalnya sudah selesai semua ,” ujarnya.

Di antara yang belum sepenuhnya selesai adalah penataan interior di terminal penumpang, pembangunan gedung untuk petugas bandara, masjid dan sarana pendukung lain yang tidak vital.

Menurut Kepala Humas PT AP II, Kristanto, saat ini semua persyaratan administrasi sudah dimasukkan ke Kementerian Perhubungan. Selanjutnya oleh Kementerian akan didaftarkan ke Organisasi Penerbangan Sipil  Internasional (ICAO). “Diharapkan pertengahan bulan September sudah bisa diresmikan secara internasional,” ujarnya.

Walaupun dari sisi bandara  sudah siap beroperasi, masih ada sedikit kekhawatiran terkait akses menuju bandara, terutama dari kota Medan. Pasalnya pembebasan tanah untuk jalan arteri menuju ke bandara ini belum sepenuhnya rampung. Masih ada beberapa titik yang belum dibebaskan. “Totalnya sih tidak sampai satu kilometer. Kami harapkan Pemerintah Daerah Deli Serdang bisa menyelesaikannya sebelum bandara diresmikan,’ ujar Slamet.

Selain melalui jalan arteri yang bisa dilewati kendaraan pribadi, taksi dan bus bandara, akses menuju bandara ini juga bisa menggunakan kereta api. Baik jalur maupun keretanya sekarang sudah siap digunakan.
Sumber : Angkasa Online

Pesawat Penyemprot Pupuk Jatuh di Mesuji


LAMPUNG - Sebuah pesawat penyemprot pupuk jenis Fletcher FU 24-950 milik perusahaan sawit PT Sumber Indah Perkasa (SIP) jatuh di wilayah perkebunan sawit di Mesuji, Sabtu (11/5). Kepolisian Daerah (Polda) Lampung melaporkan, pesawat jatuh sekitar tiga menit setelah lepas landas, sekitar pukul 11.30 WIB.
Ilustrasi Pesawat Jatuh
Kabid Humas Polda Lampung, AKBP Sulistyaningsih mengatakan, kecelakaan tersebut menyebabkan seorang pilot tewas.
"Pilot tersebut bernama Muhammad Adipura (46 tahun), asal Bogor. Ia tewas dengan kondisi terluka parah di bagian kepala dan kakinya patah. Kondisi pesawat pun ringsek. Almarhum bertempat tinggal di Vila Duta RT 02/11, Bogor," katanya.
Menurut Sulistyaningsih, lokasi jatuhnya pesawat yang digunakan untuk menyemprot pupuk itu tepat di wilayah Merah Tiga, Desa Sidang Gunung Tiga, Rawajitu Utara, Kabupaten Mesuji, Lampung. Kawasan ini masih termasuk di dalam kawasan perkebunan sawit PT SIP.
Kepala Desa Sidang Gunung Tiga Yusuf Arafuli (30) yang dihubungi VIVAnews mengungkapkan, ia sempat melihat pesawat tersebut lepas landas.
"Sekitar tiga menit kemudian, pesawat hilang dari langit, hanya terdengar suara baling-balingnya saja. Tidak tahunya jatuh di dekat kantor (PT SIP) Merah Tiga," ujarnya.
Beruntung, pesawat yang mengangkut 1,3 ton pupuk itu jatuh tidak sampai menimpa pemukiman penduduk di wilayah Desa Sidang Gunung Tiga. Warga sempat kaget mendengar ada suara benda besar jatuh itu.
Padahal, kata Yusuf, saat itu cuacanya cerah, tidak hujan, dan tidak ada angin kencang. Penyebab jatuhnya pesawat tersebut kini masih diselidiki pihak kepolisian Lampung

NC212 Aviocar



Foto Kredit: PT Dirgantara Indonesia
NC212 "Aviocar" adalah pesawat angkut ringan yang dirancang untuk beroperasi di daerah yang tidak memiliki infrastruktur yang lengkap dan cuma memiliki landasan yang diperkeras (unpaved runways).  Pesawat ini dirancang dengan sayap berada pada bagian atas badan pesawat atau dikenal dengan istilah "high wing configuration" dan roda pendarat yang tidak bisa dimasukkan (fix landing gear).  NC-212 ditenagai oleh dua buah mesin turboprop dan memiliki kemampuan lepas landas dan mendarat di landasan pendek (STOL=Short Take Off and Landing).
PT Dirgantara Indonesia, memproduksi dua seri NC212, yaitu seri 200 dan seri 400 dimana seri 400 memiliki dimensi dan berat lepas landas maksimal yang lebih besar dibanding seri 200.  Untuk setiap seri, PTDI memproduksi beberapa versi misalnya untuk seri 200 ada versi  militer (military version), versi misi khusus (special mission version) dan versi sipil.
Untuk NC212-400, versi yang tersedia dari PT DI adalah versi Militer, MPA (Marine Patrol Aircraft), Sipil, dan Versi Survei Geofisis (Geophysical Survey).  Yang membedakan dari setiap versi adalah kelengkapan yang menyertainya, misalnya untuk versi militer maka lebih difokuskan untuk angkut ringan sedang versi MPA, sesuai namanya memiliki perlengkapan untuk melakukan patroli maritim.
Dibawah ini adalah spesifikasi Umum dari NC212-200
Misi:
  • Sipil/Komersial (18 hingga 24 seat)
  • Angkut Militer
  • Angkut Barang
  • Operasi Evakuasi Medis
  • Misi Khusus
  • Angkut VIP
Berat:
  • Max. Taxi Weight: 7.750 kg
  • Max. Take-Off Weight: 7.700 kg
  • Max. Landing Weight: 7.450 kg
  • Max. Zero Fuel Weight: 7.100 kg
  • Fuel Capacity: 1.600 kg
  • Max. Payload: 2.820 kg
Sumber Tenaga:
  • Mesin: 2 Garret TPE-331-10R-512C Turboprop, 900 SHP, SL, Static Take-Off with APR
  • Propeller: 2 (4 bilah) Dowty Rotol R334/4-82-F/13, Diameter 2.75m
Kemampuan:
  • Take Off Distance (MTOW, ISA+20,SL):
    • All Engine Operative (EO): 850m/2.788ft
    • One Engine In-Operative (OEI): 990m/3.428ft
  • Rate of Climb: 236 feet per minute
  • Max. Cruise Speed: 188 ktas
  • Max. Endurance Speed: 130 ktas
  • Long Range Cruise Speed: 188 ktas
  • Max. Range: 710 nm
  • Landing Distance: 590m/1.936 ft
  • Max. Endurance (for Maritime Patrol): 6 hrs
  • Sumber : Angkasa Readers Community

Penantian Menyongsong Sang Elang Emas


T-50i pesanan Indonesia (photo: Korea aero)

Perjalanan panjang dalam menentukan pesawat pengganti Hawk Mk-53 yang sudah memasuki masa pensiun bagi TNI AU sendiri merupakan masa yang sangat melelahkan. Batapa tidak, apabila untuk urusan pesawat tempur dan pencegat keputusannya relative lebih cepat difinalisasi, tidak demikian halnya bagi kandidat pesawat latih lanjut TNI AU. Hal ini juga memberikan suatu tekanan psikologis bagi para penerbang maupun awak teknisi Skadron Udara 15, karena praktis mereka harus menunggu kepastian pengganti Hawk Mk-53 yang secara kesiapan sudah menurun dan kondisinya dibawah standar. Dari delapan unit yang ada hanya 2 unit yang laik terbang. Padahal di pundak Skadron Udara 15 terletak beban untuk mencetak para pilot pesawat tempur TNI AU. Dampak dari embargo suku cadang oleh Inggris dan juga utilisasi pesawat yang sangat tinggi merupakan salah satu faktor penyebabnya.


Embargo yang diberlakukan kepada Indonesia dengan alasan kejahatan kemanusiaan di Timor Timur paska referendum pada tahun 1999 oleh Amerika dan sekutunya, tak terkecuali Inggris sebagai sekutu utama Amerika dan sebagai produsen pesawat Hawk Mk-53 dan Hawk 109/200, memiliki andil utama dalam menurunnya kesiapan dan kesiagaan asset udara TNI AU. Bagi TNI AU dampak yang dirasakan langsung adalah embargo terhadap suku cadang seluruh pesawat tempur buatan BAe Inggris ini. Sementara disisi lain  pesawat hawk Mk-53 sebagai pesawat advanced jet trainer bagi para calon penerbang tempur TNI AU tetap dituntut agar terus mampu mencetak penerbang-penerbang tempur handal, memiliki skill yang tinggi dan ketrampilan yang terlatih dengan kesiapan terbang yang tinggi bagi para penerbangnya,  meskipun dengan jumlah pesawat yang minim. Selain itu diharapkan regenerasi para penerbang tempur tetap dapat berjalan dengan baik. Tuntutan profesionalisme dengan modal dan sarana pendukung yang serba terbatas pada waktu itu merupakan masa-masa sulit bagi TNI AU.

Akan tetapi dimasa sulit tersebut cobaan demi cobaan terus mendera silih berganti, satu persatu paska embargo terjadi sejumlah incident ataupun accident. Beberapa pesawat yang dioperasikan TNI AU jatuh ketika melaksanakan tugas rutin maupun latihan, seolah-olah menunjukan bahwa sehebat apapun pesawat yang kita miliki tidak akan bisa berbuat apa-apa tanpa adanya perawatan yang memadai dan pasokan suku cadang yang lengkap dari produsen pesawat. Meskipun dalam beberapa insiden kecelakaan tidak seluruhnya akibat dari kesalahan atau masalah teknis pesawat itu sendiri, namun demikian secara moril sebagai manusia biasa tentunya ada rasa cemas ketika terbang dengan pesawat yang memiliki keterbatasan baik dalam segi perawatan rutin maupun suku cadang. Pasca embargo tahun 1999 insiden diawali dengan jatuhnya pesawat Hawk Mk-53 pada 28 Maret 2000 di Lanud Iswahyudi Madiun. Menyusul pada Juli 2000 pesawat A-4 Skyhawk jatuh saat melaksanakan patrol rutin di Sulawesi Selatan, kemudian pada tanggal 21 November 2000 kecelakaan kembali terjadi dan menimpa pesawat Hawk yang jatuh di Pontianak.

Pada tanggal 28 Maret 2002 cobaan dan pukulan berat kembali harus dialami oleh TNI AU khusunya Skadron Udara 15 ketika 2 pesawat Hawk Mk-53 yang sedang melakukan sesi latihan Aerobatik Jupiter Blue bersenggolan di udara pada ketinggian sekitar 2000 kaki dan jatuh masih di kawasan Lanud Iswahyudi Madiun. Pada awalnya ketiga pesawat Hawk Mk-53 sedang melakukan manuver Victory Loop yaitu manuver ke delapan dari sebelas manuver yang rencananya akan dipertunjukan pada acara Open Day yang akan digelar pada 30 Maret 2002 di Lanud Iswahyudi. Sayangnya belum juga manuver tersebut selesai dilakukan petaka terjadi. Sehebat apapun pesawat dan penerbang tidak ada satupun yang bisa melawan takdir Tuhan. Akibat dari musibah tersebut 4 penerbang gugur, yaitu ; Kapten (Pnb.) Andis “Lavy” Solikhin Machmud (35) dan Kapten (Pnb.) Weko Nartomo Soewarno (33), awak Hawk nomor ekor TT 5310; Mayor (Pnb.) Syahbudin “Wivern” Nur Hutasuhut (35) dan Kapten (Pnb.) Masrial (33), awak Hawk nomor ekor TT 5311. Merupakan kehilangan besar bagi Skadron Udara 15, terlebih kehilangan penerbang-penerbang terbaiknya yang tidak terukur nilainya. Acara Open Day dibatalkan dan demi menghormati para penerbang yang gugur Lanud Iswahyudi mengibarkan bendera setengah tiang.

Peristiwa demi peristiwa getir yang dialami TNI AU khususnya Skadron Udara 15 tidak mematahkan semangat mereka. Perbaikan dan pembenahan terus dilakukan bahkan wacana penggantian pesawat Hawk Mk-53 terus bergulir dengan dilakukannya kajian-kajian terhadap calon pesawat pengganti oleh pihak TNI AU sendiri dalam hal ini selaku user dan Departemen Pertahanan (Dephan).

Angin Segar itu Berhembus

Tekad TNI AU untuk memensiunkan pesawat Hawk Mk-53 dan diganti dengan pesawat baru sudah bulat, hal tersebut tertuang dalam rencana strategis (Renstra) 2005-2009 Mabes TNI AU yang berencana melakukan penggantian sejumlah alutsistanya, seperti OV-10 Bronco, F-5 Tiger, pesawat angkut Fokker-27, Helicopter  Sikorsky dan tentunya Hawk Mk-53. Angin segar pun berhembus ketika KSAU Marsekal Herman Prayitno pada waktu itu, bertemu langsung dengan Dubes Ceko untuk Indonesia Pevel Rezac di Mabes TNI AU Cilangkap Jakarta pada awal November 2007. Hal tersebut terkait dengan pihak TNI AU yang mengajukan pengadaan pesawat tempur latih Aero L-159 ALCA buatan Republik Ceko sebagai pengganti Hawk Mk-53.  Secara umum kunjungan Rezac bertujuan untuk menindaklanjuti kesepakatan kerjasama pertahanan antara RI dan Rep. Ceko yang telah ditandatangani pada tahun 2006, selain itu dibahas pula kemungkinan pembelian Aero L-159 ALCA oleh TNI AU.

Pada waktu itu keinginan TNI AU memilih Aero L-159 ALCA sebagai pengganti Mk-53 bukan suatu pilihan yang tanpa pertimbangan, sebab pesawat tempur latih buatan Aero Ceko ini memadukan tekhnologi barat dan timur dan dianggap cocok sebagai pesawat tempur latih yang diperuntukkan bagi calon penerbang-penerbang tempur TNI AU. Terlebih lagi saat ini TNI AU mengoperasikan pesawat tempur yang menggunakan teknologi barat dan timur, yaitu untuk blok Barat sendiri terdapat pesawat tempur  F-16, Hawk 100/200, Hawk Mk-53 dan F-5, sedangkan untuk blok Timur TNI AU mengoperasikan pesawat tempur Su-27 dan Su-30.

Proses rencana penggantian pesawat Hawk Mk-53 terus bergulir dan sederet jenis pesawat pengganti Hawk Mk-53 pun mulai bermunculan diantaranya Alenia Aermacchi M-346, Yakovlev Yak 130 buatan Rusia, FTC2000 buatan China, Aero L-159 buatan Ceko, T-50 Golden Eagle buatan Korea Selatan dan deretan nama-nama lain yang dijadikan pertimbangan TNI AU sebagai bahan kajian. Namun sampai dengan pergantian KSAU dari Marsekal Herman Prayitno kepada Marsekal Subandrio yang dilantik sebagai KSAU pada 28 Desember 2007 pesawat yang dipilih sebagai pengganti Hawk Mk-53 belum juga diputuskan. Pada masa jabatan KSAU Soebandrio proses kajian pembelian pesawat pengganti Hawk Mk-53 terus berlangsung,  namun sampai dengan jabatan beliau selaku KSAU diserah terimakan kepada pejabat KSAU baru yakni Marsekal Imam Sufaat yang resmi menjabat sebagai KSAU pada 12 November 2009 keputusan pengganti Hawk Mk-53 masih juga belum jelas.
Disela-sela suatu acara di Lanud Halim Perdana Kusuma pada Rabu (7/4/2010), KSAU Marsekal Imam Sufaat mengatakan bahwa TNI AU telah menyeleksi empat jenis pesawat sebagai pengganti Hawk Mk-53 dan keempatnya akan memasuki seleksi akhir sebelum penentuan final.  Keempat tipe pesawat yang lolos ke seleksi tahap akhir adalah Yakovlev Yak 130 buatan Rusia, FTC2000 buatan China, Aero L-159 buatan Ceko dan yang terakhir tentu saja T-50 Golden Eagle buatan Korea Selatan. Masih dikesempatan yang sama, saat itu KSAU juga berharap pada akhir bulan sudah bisa ditentukan mana yang lebih dibutuhkan dari keeempat jenis pesawat tersebut. Angin segar kembali berhembus seolah membawa harapan baru bagi TNI AU khsususnya Skadron 15 untuk segera mendapatkan pengganti bagi Hawk Mk-53.

Mencari yang Terbaik 

Yakovlev Yak 130 merupakan pesawat jet latih subsonik buatan Rusia yang mulai terbang perdana pada 26 April 1996, Yak 130 sendiri mempunyai 2 varian yakni advanced trainer dan light attack atau pesawat tempur ringan dimana perbedaan varian tersebut terlihat jelas pada seater atau tempat duduk,  untuk varian Advanced Trainer pesawat dilengkapi dengan double seater/tempat duduk ganda, sedangkan untuk varian Light Attack hanya terdapat single seater/tempat duduk tunggal. Varian light attack memiliki bentuk hidung lebih pipih untuk menambah bidang pandang bagi pilot saat menukik untuk melepaskan roket atau bom. Namun demikian untuk varian Advanced Trainer apabila suwaktu-waktu dibutuhkan juga dapat berperan sebagai pesawat Light Attack.  Saat ini tercatat Angkatan Udara Rusia sendiri mengoperasikan beberapa pesawat Yak 130, Angkatan Udara Algeria dan Angakatan Udara Belarusia.


Yak-130 (photo : wartech-military.blogspot)


Opsi berikutnya adalah pesawat L-159 buatan Rep. Ceko, sama halnya Yak-130 pesawat ini juga dibuat dalam dua versi yaitu versi trainer dengan tempat duduk ganda dan versi LCA (Light Combat Aircraft) dengan tempat duduk tunggal.  Menengok ke dalam ruang kokpit terdapat dua layar tampilan serta HUD (Head Up Display) yang mendominasi panel kokpit. Pesawat ini juga dilengkapi dengan radar Grifo L keluaran pabrikan FIAR, Italia. Alat pengendus berkemampuan multi misi ini dapat menandai delapan belas sasaran sekaligus yaitu delapan sasaran di udara dan sepuluh sasaran di darat, kemudian kelengkapan lain adalah Radar Warning Receiver (RWR) Sky Guardian-200 buatan GEC-Marconi yaitu perangkat yang berfungsi sebagai penangkap gelombang radar lawan.  Belum lagi Vinten Vicon 78 plus chaff dan flares yaitu sistem anti jamming yang diperuntukkan untuk menghadapi perang elektronik. Dan masih banyak lagi perangkat-perangkat unggulan dan canggih yang menempel pada tubuh L-159 yang memang dibuat menyesuaikan tekhnologi dan perkembangan perang modern. Pengguna utama pesawat ini adalah Angkatan Udara Ceko yang digunakan sejak periode 1990-an. Sangatlah wajar apabila saat itu TNI AU melalui KSAU Herman Prayitno berkinginan untuk membeli pesawat ini sebagai pengganti Hawk Mk-53 dengan melihat berbagai peralatan dan teknologi canggih yang melengkapi L-159. Harga L-159 pada waktu itu berkisar antara 15 – 17 juta dolar Amerika.

L-159 versi Trainer & LCA (photo : Defense Industry Daily)

Dari negeri Tirai Bambu, adalah Guizhou JL-9 atau lebih dikenal dengan FTC-2000 Mountain Eagle (Shanying) pesawat tempur dengan tempat duduk ganda/double seater hasil pengembangan dari Guizhou Aircraft industry Corporation, China.  Pesawat ini turut memeriahkan bursa calon pengganti Hawk Mk-53 TNI AU. Pada awalnya pengembangan pesawat FTC-2000 dikhususkan bagi kebutuhan People's Liberation Army Air Force (PLAAF) dan People's Liberation Army Naval Air Force (PLANAF) untuk mempersiapkan para pilotnya dalam menyongsongf pesawat generasi baru China, seperti Chengdu J-10, Shenyang J-11, Sukhoi Su-27SK dan Sukhoi Su-30MKK. Konon kabarnya pesawat buatan China ini diproduksi dengan jumlah terbatas.  


FTC-2000 (photo: airwar.ru)

Kontestan berikutnya yang masuk pada tahap seleksi akhir beserta tiga kontestan lain adalah pesawat T-50 Golden Eagle buatan Korea Selatan. Pada awalnya pesawat ini lebih dikenal dengan KTX-2 pesawat latih dan tempur ringan yang diproduksi dan diperuntukan bagi Republik of Korea Air Force (RoKAF) yang sekaligus sebagai pengguna utama. Penerbangan perdana T-50 dilakukan pada Agustus 2002 . Pesawat latih supersonik dengan harga 21 juta dolar Amerika pada tahun 2008 ini menjanjikan banyak fitur canggih didalamnya. Mungkin atas pertimbangan hal ini pula yang menyebabkan TNI AU mengikut sertakan T-50 dalam deretan empat besar pesawat bakal pengganti Hawk Mk-53 yang memasuki tahap seleksi akhir.

T-50 Golden Eagle (photo : www.airforce-technology.com)


Akhir Sebuah Penantian
Penantian panjang akan sebuah jawaban terkait pembelian pesawat pengganti Hawk Mk-53, sedikit mulai terkuak manakala pemerintah melalui Menhan Purnomo Yusgiantoro mengungkapkan bahwa pemerintah Indonesia akan melakukan pembelian 16 pesawat atau 1 skadron T-50 Golden Eagle dari Korea Selatan, hal tersebut diungkapkan Menhan usai menghadiri Rapat Kekuatan Indonesia di ASEAN di kantor Wakil Presiden pada Rabu 13 April 2011. Praktis dengan demikian terjawab sudah pemenang dari ke empat kandidat tersebut yaitu pesawat T-50 Golden Eagle dari Korea Selatan.
Kontrak pembelian T-50I (photo: korea aero)

Ungkapan Menhan tersebut akhirnya dapat diyakini kebenarannya dengan ditandatanganinya kontrak pembelian 16 pesawat T-50 senilai 400 juta dolar Amerika pada tanggal 25 Mei 2011 antara Indonesia dan Korea Selatan yang masing-masing dilakukan oleh Menhan Purnomo Yusgiantoro selaku wakil dari pemerintah Indonesia dan pihak dari KAI (Korea Aerospace Industries) mewakili pemerintah Korea Selatan dan sekaligus sebagai produsen pesawat. Jika tidak ada aral melintang keseluruh pesawat T-50 tersebut keseluruhannya akan tiba di Indonesia secara bertahap di tahun 2013 ini dan diharapkan pada tahun 2014 ke 16 pesawat T-50 sudah dapat dioperasikan oleh TNI AU sebagai pengganti dari pesawat Hawk Mk-53.

Demi memenuhi permintaan Indonesia yaitu target penyelesaian keseluruhan di tahun 2013, setelah penandatanganan resmi kontrak pembelian T-50, pabrik pesawat KAI mulai memproduksi pesawat pesanan Indonesia. Pesawat hasil rancangan bersama antara Korea Aerospace Industries dan Lockheed Martin ini diproduksi langsung di Korea Selatan.

Penantian dan ujung jalan panjang proses pembelian pesawat T-50 Golden Eagle kini sudah didepan mata, terbukti dengan diberangkatkannya 6 penerbang terbaik Skadron Udara 15 Lanud Iswahjudi Madiun ke Korea Selatan pada tanggal 12/1/2013. Keenam penerbang tersebut dijadwalkan berada di Korea Selatan selama kurang lebih 8 bulan guna mengikuti pengenalan dan berbagai pelatihan baik teori maupun terbang langsung dengan menggunakan T-50. Selain 6 penerbang, sebanyak 31 teknisi juga diberangkatkan ke Korea Selatan untuk mengikuti pelatihan dan pemeliharaan pesawat T-50, karena merekalah nantinya di Indonesia yang akan melakukan perawatan dan pemeliharaan serta memastikan pesawat dalam kondisi laik terbang. Keberangkatan enam penerbang dan tiga puluh satu teknisi ke Korea Selatan dalam rangka transfer tekhnologi T-50, dipimpin langsung oleh Komandan Skadron Udara 15 Mayor Pnb Wastum.
Para penerbang yang diberangkatkan seluruhnya mempunyai kualifikasi Sekolah Instruktur Penerbang dan para merekalah nantinya yang akan menularkan ilmu dan pelajaran yang didapat selama berada di Korea Selatan kepada rekan sesama penerbang di Skadron Udara 15, maupun kepada para junior-juniornya yaitu siswa calon penerbang tempur. Enam penerbang tersebut adalah Komandan Skadron Udara 15, Mayor Pnb Wastum, Mayor Pnb Marda Sarjon, Mayor Pnb Budi Susilo, Mayor Pnb Hendra, Kapten Pnb Darma T  Gultom, dan Kapten Pnb Luluk Teguh Prabowo.

Calon penerbang T-50 (photo: news.co.kr)

Gelombang pertama kedatangan pesawat T-50 Golden Eagle rencana dijadwalkan pada bulan September 2013, selanjutnya pada bulan berikutnya berturut-turut hingga keseluruhan sebanyak 16 unit pesawat diharapkan dapat diterima Indonesia sampai dengan akhir tahun 2013. Penasaran ingin melihat kelincahan pesawat ini secara langsung di langit Indonesia ? Kita nantikan saja kedatangannya, semoga tidak ada hambatan apapun sampai dengan keseluruh T-50 Golden Eagle tiba di Tanah Air. Bravo TNI AU !

5/09/2013

Unik, Salam Pantun Citilink



            Citilink terus meningkatkan layanan terbaik kepada seluruh penggunanya. Hari Selasa ( 7/ 5/ 2013), Vice President Marketing & Communication PT Citilink Indonesia, Aristo Kristandyo, mengumumkan penerapan prosedur terbaru di dalam kabin pesawat, yaitu Salam Pantun oleh awak kabin di setiap penerbangan Citilink ke seluruh destinasi. Salam Pantun ini dimulai efektif Minggu, 5 Mei 2013.

            “Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara.Salam Pantun oleh seluruh awak kabin kami ini menjadi bagian dari komitmen kami untuk meningkatkan layanan terbaik sesuai dengan semangat Citilink sebagai maskapai LCC yang fun, affordable, and reliable. Kami yakin dengan ciri khas kami yang baru ini memberikan pengalaman tak terlupakan bersama Ciitilink,” ujar Aristo.

            Salam Pantun menjadi prosedur tetap dari Citilink untuk menyapa seluruh penumpang baik sebelum lepas landas dan mendarat di kota tujuan. Isi Salam Pantun yang menjadi ciri khas terbaru Citilink ini akan menyesuaikan dengan setiap kota destinasi.

            “Tidak menutup kemungkinan Salam Pantun ini akan menjadi menarik saat ada penumpang yang akan berbalas pantun di atas udara,” tambah Aristo.

            Aristo juga mengungkapkan bahwa Citilink akan terus menghadirkan inovasi dalam pelayanan Citilink di masa mendatang.
Sumber : Angkasa Online

Pesawat Bae 146-200 Nusantara Air Charter Terbakar



dok. Kompas.com


Pesawat  Bae 146-200 Quiet Trader yang dioperasikan oleh maskapai Nusantara Air Charter hari ini, Rabu (8/5/2013) terbakar di apron Bandara Wamena, Papua. Menurut info dari Kantor Otoritas Bandara Wilayah X, Wamena, pesawat beregistrasi PK-JKC itu tersambar api yang muncul saat satu drum BBM yang dibawanya terjatuh ke aspal saat sedang unloading sekitar pukul 12.00 WIT.

Menurut penjelasan Kepala Bidang Humas, Kepolisian Daerah Papua, Kombes I Gede Sumerta,  saat  salah satu karyawan PT Walesi Air menurunkan BBM menggunakan forklift, ada satu drum yang jatuh. Drum kemudian terbakar di aspal sehingga mengenai ekor dan badan pesawat. “ Belum ada laporan korban jiwa akibat kejadian ini," ujar Gede Sumerta.

Pesawat itu dipiloti oleh Capt Tatang sebagai Pilot In Command (PIC) dan  first officer, Mamat Kosim. Pesawat terbang Bandara Sentani, Kabupaten Jayapura, dengan muatan 138 karung beras bulog ukuran 15 kilogram, 115 bimoli dan mizon, 35 karton deterjen, 117 espino, 50 karton air mineral, dan bahan bakar minyak jenis solar sebanyak 21 drum.

Akibat kejadian ini, Bandara Wamena ditutup sementara untuk penerbangan menunggu pemindahan bangkai pesawat. 
Sumber :  Angkasa Online

3/25/2013

N2130... Proyek Terlupakan IPTN

Pesawat N-2130 adalah pesawat jet komuter berkapasitas 80-130 penumpang rancangan asli IPTN (Sekarang PT Dirgantara Indonesia,PT DI, Indonesian Aerospace), Indonesia. Menggunakan kode N yang berarti Nusantara menunjukkan bahwa desain, produksi dan perhitungannya dikerjakan di Indonesia atau bahkan Nurtanio, yang merupakan pendiri dan perintis industri penerbangan di Indonesia.

Sejarah

Pada 10 November 1995, bertepatan dengan terbang perdana N-250, Presiden Soeharto mengumumkan proyek N-2130. Soeharto mengajak rakyat Indonesia untuk menjadikan proyek N-2130 sebagai proyek nasional. N-2130 yang diperkirakan akan menelan dana dua milyar dollar AS itu, tandasnya, akan dibuat secara gotong-royong melalui penjualan dua juta lembar saham dengan harga pecahan 1.000 dollar AS. Untuk itu dibentuklah perusahaan PT Dua Satu Tiga Puluh (PT DSTP) untuk melaksanakan proyek besar ini.
Saat badai krisis moneter 1997 menerpa Indonesia, PT DSTP limbung. Setahun kemudian akibat adanya ketidakstabilan politik dan penyimpangan pendanaan, mayoritas pemegang saham melalui RUPSLB (Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa) 15 Desember 1998 meminta PT DSTP untuk melikuidasi diri.
Untuk preliminary design pesawat ini, IPTN telah mengeluarkan tenaga, pikiran, dan uang yang tak kecil. Dana yang telah dikeluarkan lebih dari 70 juta dollar AS yang sesuai keputusan RUPSLB, dana bagi ini selanjutnya dianggap sunk-cost.
Seluruh kekayaan perseroan selanjutnya diaudit dimana hasil disampaikan kepada Bapepam tanggal 22 April 1999 dan diumumkan lewat media massa. Pembayaran hasil likuidasi kepada para pemegang sahamnya sendiri kemudian dilakukan bertahap mulai 9 Agustus hingga 15 Oktober 1999.

Spesifikasi Pesawat

Pada saat konsep desain, N-2130 dipertimbangkan untuk 80, 100 atau 130 penumpang. Pesawat ini dilengkapi dengan teknologi canggih advanced fly-by-wire system.


DIMENSI 80 pax 100 pax 130 pax
Sayap:
Luas (m²)
Rentang (m)
Aspect Ratio
Sweepback (0.25°)

102.80
28.95
8.20
24.30

102.80
28.95
8.20
24.30

102.80
28.95
8.20
24.30
Panjang total (m) 27.23 29.65 33.37
Diameter fuselage 3.91 3.91 3.91
Berat
Berat Take-Off Max. (kg)
Berat Landing Max. (kg)
Beban angkut (Payload) Max. (kg)

43.500
40.000
10.500

49.000
45.000
12.300

55.800
51.000
15.300
Mesin
High By-Pass Ratio Turbofan Engine
Sea Level Static Thrust (kN)

2 x 75

2 x 82

2 x 97.5



Sumber : N-2130 - Wikipedia
by @JamalHabibur @JamalHRahman Jamal Habibur Rahman Jamal Rahman